Kamis, 16 Juli 2015

Sejarah Desa Batuagung-----
Batu Besar untuk Bertapa
DESA Batuagung yang sekarang ini beserta desa-desa di sekitarnya merupakan pedesaan yang dirintis sejak abad ke-18. Setelah menempati fungsi rimbaraya hampir dua abad lamanya, dan pada waktu itu masih terkenal dengan nama Jimbarwana yang berarti hutan belantara yang amat luas.
Pada batas bagian selatan Desa Batuagung, dahulu merupakan dataran bekas Kerajaan Jembrana. Dari Kerajaan Jembrana inilah timbulnya nama kota Jembrana yang terletak di sebelah barat Sungai Tukadaya, dan dari Kerajaan Jembrana ini pulalah timbulnya nama Batuagung.
Secara singkat diawali setelah musnahnya Kerajaan Brangbang sekitar tahun 1690, yang disebabkan oleh air bah dan erosi yang dahsyat atau tanah longsor. Manca Agung Kerajaan Brangbang yaitu I Gusti Made Yasa kembali ke Mengwi mengaturkan kehadapan raja prihal musibah yag menimpa keluarganya dan rakyatnya yang menjadi korban.
Tiada berapa lama beliau mendapat perintah untuk kembali ke Tamblang (Jembrana) dengan sistem imigrasi purba sebanyak 100 orang komplit dan membangun puri baru di sebelah barat Sungai Tukadaya yang diberi nama Puri Andul. Dan I Gusti Made Yasa menjabat sebagai Manca Agung.
Dikisahkan di puri lama tidak ada raja yang memerintah, maupun yang akan menggantikan I Gusti Made Yasa sebagai Manca Agung. Maka berangkatlah lagi dia ke Mengwi untuk memohon putra raja yang akan diangkat menjadi raja di Jembrana. Setelah permohonan I Gusti Made Yasa dikabulkan oleh raja, terjadilah imigrasi yang kedua kalinya ke Jembrana berjumlah 200 orang komplit yang dipimpin oleh mertua raja I Gusti Ngurah Takmung (asal Desa Takmung, Klungkung) dan putra raja yang masih kecil yang bernama I Gusti Alit Takmung, dan semua rombongan diterima di Puri Andul.
Singkat sejarah setelah putra Raja Mengwi (I Gusti Alit Takmung) dewasa, beliau dinobatkan menjadi Raja Jembrana dengan gelar Anak Agung Ngurah Jembrana, dan membangun puri baru sekitar tahun 1715 yang diberi nama Puri Ageng Jembrana, sedangkan wilayah di sekitar puri radius 200 meter diberi nama wilayah Jembrana, yang sampai sekarang menjadi sebuah kota kecil di sebelah barat Sungai Tukadaya yang bernama Jembrana.
Sebelum beliau dinobatkan menjadi Raja Jembrana, di mana di kerajaan waktu itu belum ada brahmana, beliau bertapa di sebuah batu besar yang terletak di sebelah barat Sungai Tukadaya dan tidak jauh dari Puri Andul.
Di dalam semadinya beliau berhasil mendapatkan wahyu yang isinya agar beliau membangun stana (pelinggih) tempat pemujaan Siwa untuk memohon keselamatan bersama baik raja maupun masyarakat sekitar puri. Akhirnya untuk mewujudkan wahyu dari hasil semadinya itu, oleh raja dibangunlah sebuah candi dekat batu itu dan candi itu diberi Candi Rawi. Karena batu tempat beliau bertapa dianggap bernilai mulia atau besar, maka lokasi di sekitar batu itu diberi nama Batuagung.
Sekarang batu bersejarah itu berada di tengah sungai. Karena seringnya banjir maka lokasi batu tersebut menjadi sebuah sungai. Sedangkan Candi Rawi yang ada di dekat batu itu telah dipindahkan ke taman sekarang berada di batas selatan Desa Batuagung, setelah dipindahkan oleh Raja Jembrana III.
Dari pertama Batuagung hanya memiliki radius beberapa meter, sekarang sudah berkembang disertai pula dengan perrmukiman baru. Seperti di sebelah timur Batuagung terdapat tanah permukiman yang baru yang terjadi dari tanah delta yang makin lama makin bertambah luas dan subur. Karena tempat itu terjadi dari tanah yang baru, maka wilayah tempat tersebut diberi nama Banjar Anyar.
Kedua wilayah inilah pada waktu itu memegang peranan penting, di mana masing-masing wilayah dipimpin oleh seorang klian desa. Banjar Anyar oleh Klian Ajin Ida Bagus Japa dan kemudian dilanjutkan oleh Ida Komang Banjar. Sedangkan untuk wilayah Batuagung ke utara dipimpin oleh Klian Desa Batuagung, Pan Kinon. Sebelum diperintahkan oleh klian desa dipimpin oleh kepala-kepala Tri Wangsa. Dari kedua wilayah ini Batuagung kemudian berkembang potensi desanya secara sederhana. Yang memberikan jaminan pertanian pada waktu itu.
Wilayah Batuagung mulai berkembang menjadi dua banjar. Yang bagian selatan diberi nama Banjar Batuagung dan di sebelah utaranya diberi nama Banjar Taman. Nama taman diambil dari nama sebuah pertamanan Raja Jembrana yang pertama. Yang dibangun di sebelah barat lokasi batu tempat beliau bertapa. Di sana beliau membangun Pura Ulun Danu dan sekaligus membangun Ulun Siwi untuk pemujaan Wisnu. Dan di sekitarnya dibuat kolam yang ditanami bunga-bunga. Kemudian tempat ini diberi nama taman sari, dan sekarang lebih terkenal dengan nama Taman, yang berfungsi sebagai tempat penyucian yadnya dan pengeteg merta bagi masyarakat umat Hindu di Desa Batuagung dan desa-desa lainnya. Wilayah sekitar Taman inilah sekarang diberi nama Banjar Taman.
Di sebelah utara Banjar Taman merupakan dataran tinggi. di mana pada tahun 1520 masehi wilayah ini diperintah oleh seorang Anglurah yang bernama I Gusti Ngurah Sawe. Setelah beliau meninggal, daerah permukiman penduduk di sini diberi nama Banjar Sawe. Sedangkan di sebelah utara Banjar Sawe pada waktu perabasan membuat permukiman dan pembuatan jalan, oleh penduduk diketemukan sejenis sarkopagus (tempat mayat dari batu) dalam ukuran kecil, yang oleh penduduk setempat lebih dikenal dengan nama Palungan Batu. Sehingga sampai sekarang wilayah di sekitar diketemukannya palungan dari batu itu disebut Palungan Batu.
Kemudian kita lihat pengembangan permukiman di sebelah utara - Banjar Anyar. Sebelum wilayah ini menjadi tempat permukiman seperti sekarang ini dahulunya merupakan tanah-tanah yang masih kosong. Tanah-tanah di sini merupakan tanah yang sulit dikerjakan karena sulitnya irigasi. Sehingga petani-petani yang mempunyai tanah d isini menderita (matanaan). Dan, untuk mendapatkan air irigasi dibuatlah lemah duwur-lemah duwur. Karena demikian keadaan petani dan keadaan tanahnya maka wilayah kemudian diberi nama Banjar Petanahan.
Di sebelah utara Banjar Petanahan merupakan dataran tinggi yang berbukit-bukit, dan diberi nama Banjar Masean. Nama masean diambil dari nama Yeh Masean yang diketemukan penduduk di sebelah barat SD No. 3 Batuagung. Yang airnya melalui Tukad Sebual. Sebelumnya bernama Bajera karena di sini dulu tumbuh banyak pohon Bajera.
Di sebelah utara Banjar Masean merupakan wilayah yang paling utara, dan paling ke timur sehingga perbatasan dengan Kecamatan Mendoyo, ialah Pancaseming. Nama Pancaseming diambil dari nama sungai yang bercabang lima, atau dari kata Panca dan Semi: Panca berarti lima dan Semi berarti tunas atau cabang. Adapun kelima cabang dari sungai tersebut adalah Panca Gede, Panca Seming, Panca Gua, Panca Moding, dan Panca Cenik. Dan, kesemuanya ini merupakan cabang dari Sungai Mendoyo. (sur)

Data :
Luas Desa : 1.756 Ha
Tanah sawah : 60 Ha
Tanah pemukiman : 108 Ha
Tanah Perkebunan rakyat : 1.238 Ha
Tanah Hutan : 350 Ha

Jumlah penduduk : 8198
KK : 2.262
Laki-laki : 4.085
Perempuan : 4.113

Tidak ada komentar:

Posting Komentar